Cari Blog Ini

Senin, 07 Juli 2014

Tak Jadi Mencuri Terong Lalu Allah Karuniakan Untuknya Seorang Istri

Dikutip dari          : buku karangan Ibrahim bin Abdullah al-Hazimi
Judul Asli             : Man Taraka Syai'an Lillahi Awwadhahullah Khairan Minhu
Judul Terjemahan : KISAH KISAH NYATA Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi'in, Orang-orang Dahulu dan Sekarang

Di Damaskus, ada sebuah masjid besar yang bernama Masjid Jami' at-Taubah. Masjid itu penuh keberkahan. Di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak sekitar tujuh puluh tahun yang lalu, di masjid itu ada seorang Syaikh Salim al-Musuthi. Dia sering dijadikan contoh dalam hal kefakirannya, dalam menahan diri dari meminta, dalam kemuliaan jiwanya, dan dalam memberikan bantuan untuk orang lain.

Saat itu ada pemuda yang tinggal di sebuah kamar di dalam masjid. Sudah dua hari berlalu dia tidak makan makanan apapun. Dia tidak punya makanan ataupun uang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga, dia merasa bahwa dia akan mati, lalu dia berpikir tentang apa yang harus diperbuatnya. Dia memandang bahwa dia telah sampai pada kondisi darurat yang membolehkannya memakan bangkai atau mencuri sekedar kebutuhan. Maka dia memilih untuk mencuri sesuatu yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya dalam kondisi semacam ini. Masjid (tempat dia tinggal) itu, atapnya bersambung dengan beberapa atap rumah yang di sampingnya, yang memungkinkan bagi seseorang untuk pindah dari rumah pertama sampai terakhir dengan berjalan di atas atap rumah-rumah tersebut, maka diapun naik ke atas atap masjid dan dari situ dia pindah ke rumah sebelah masjid. Disitu dia melihat seorang wanita, maka dia memalingkan pandangannya dan menjauh dari rumah itu. Lalu dia lihat rumah yang di sebelahnya lagi, keadaannya sedang sepi dan dia mencium ada aroma masakan yang berasal dari rumah itu, maka dia merasa bertambah lapar manakala dia mencium aroma masakan itu, seolah-olah aroma masakan tersebut adalah magnet yang menarik dirinya kepadanya.

Rumah-rumah di masa itu banyak dibangun dengan satu lantai, maka dia melompat dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap dia sudah ada di dalam rumah dan dengan cepat dia masuk ke dapur lalu mengangkat tutup panci yang ada di situ. Di dalamnya dia melihat ada sebuah terong besar yang telah dimasak. Lalu dia mengambil satu buah terong, dan karena saking laparnya, dia tidak lagi mempedulikan panasnya terong tersebut. Lalu dia menggigit terong itu, dan tatkala dia hampir menelannya, akal sehat dan kesadaran beragamanya muncul kembali, lalu dia berkata kepada dirinya sendiri, "A'udzu billah! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal di masjid, pantaskah aku masuk ke rumah orang dan mencuri barag yang ada di dalamnya?" Dia merasa bahwa ini adalah kesalahan besar, lalu dia menyesal dan beristigfar kepada Allah kemudian mengembalikan lagi terong (yang ada di tangannya). Akhirnya dia pulang kembali ke tempatnya semula. Lalu dia masuk ke dalam masjid dan duduk di dalam majelis pengajian Syaikh. Karena terlalu lapar dia hampir tidak bisa memahami apa yang dia dengar. ketika pengajian itu usai dan orang-orang telah pulang, datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab -saat itu memang tak ada perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab- kemudian perempuan itu berbicara dengan Syaikh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang dibicarakannya. Lalu Syaikh melihat sekelilingnya, dan dia tidak melihat ada seorangpun kecuali pemuda itu, lalu Syaikh memanggilnya dan bertanya kepadanya, "Apakah kamu sudah menikah?" Dia menjawab, "belum", Syaikh itu bertanya lagi "Apakah kamu ingin menikah?" Pemuda itu diam. Syaikh mengulangi lagi pertanyaannya. Akhirnya pemuda itu angkat bicara, "Ya Syaikh, demi Allah, aku tidak punya uang untuk membeli roti, bagaimana aku akan menikah?" Syaikh itu menjawab, "Wanita ini memberitahuku bahwa suaminya telah meninggal dan dia adalah orang di kota ini. Di sini, bahkan di dunia ini dia tidak mempunyai siapa-siapa kecuali seorang paman yang sudah tua dan miskin, dan (sekarang) wanita itu telah datang bersama pamannya itu -sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di pojokkan-. Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya. Sekarang dia ingin agar ada seorang laki-laki menikahinya, agar dia tidak sendirian dan mungkin diganggu orang. Maukah kau menikah dengannya?" Pemuda itu menjawab "ya". Kemudian Syaikh bertanya kepada wanita itu, "apakah engkau mau menerimanya sebagai suamimu?" Ia menjawab "Ya". Maka Syaikh memanggil pamannya dan mendatangkan dua saksi kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar untuk muridnya itu. Kemudian Syaikh itu berkata kepada pemuda itu, "Peganglah tangan istrimu!" Lalu dipeganglah tangan istrinya dan sang istri membwanya kerumahnya. Setelah keduanya masuk ke dalam rumah, sang istri membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah oleh pemuda itu, bahwa daia adalah seorang wanita yang masih muda dan cantik. Ternyata rumah itu adalah rumah yang tadi telah ia masuki. Sang istri bertanya, "Kau ingin makan?" Pemuda itu menjawab, "Ya". Lalu dia membuka tutup panci dan melihat di dalamnya terong (yang sudah digigit). Dia berkata, "Aneh, siapa yang masuk ke rumah dan menggigit terong ini?" Maka pemuda itu menangis dan menceritakan kisahnya. Istrinya berkomentar, "Ini adalah buah dari sifat amanah, kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan terong yang haram itu, lalu Allah berikan kepadamu rumah ini semuanya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan memberi ganti kepadanya dengan yang lebih baik dari itu.

Minggu, 23 Oktober 2011

Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (wikipedia).

Pendidikan adalah proses transver nilai atau norma yang berlangsung secara baik formal maupun non-formal. Pendidikan pertama yaitu bersumber dari keluarga yang elementnya melibatkan anggota keluarga tersebut. (Penulis)

Seni Kontemporer


Seni Kontemporer adalah perkembangan seni yang terpengaruh dampak modernisasi dan digunakan sebagai istilah umum sejak istilah Contemporary Art berkembang di Barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Istilah ini berkembang di Indonesia seiring makin beragamnya teknik dan medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah terjadi suatu percampuran antara praktek dari disiplin yang berbeda, pilihan artistik, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batas-batas ruang dan waktu.
Tafsiran lain mengenai praktek seni kontemporer di Indonesia:
  1. Dihilangkannya sekat antara berbagai kecenderungan artistik, ditandai dengan meleburnya batas-batas antara seni visual, teater, tari, musik.
  2. Intervensi disiplin ilmu sains dan sosial, terutama yang dicetuskan sebagai pengetahuan populer atau memanfaatkan teknologi mutakhir.